Sharing is caring

Tanggamus, Lampung – Di tengah kekayaan kuliner Nusantara, Lampung Pesisir menyimpan satu sajian unik yang masih jarang dikenal luas: Pekhos. Makanan tradisional yang berasal dari wilayah pesisir Kabupaten Tanggamus ini menawarkan cita rasa khas yang memadukan asam, asin, dan gurih dalam harmoni sempurna.

Pekhos dibuat dari bahan utama belimbing wuluh—buah kecil yang dikenal dengan rasa asamnya yang menyengat. Namun yang membuatnya istimewa adalah proses fermentasinya yang unik. Alih-alih menggunakan air biasa atau larutan garam, masyarakat pesisir Tanggamus memanfaatkan air laut alami sebagai media fermentasi. Belimbing wuluh direndam dalam air laut selama beberapa hari hingga berubah tekstur dan rasa, menciptakan sensasi asam-asin yang khas.

Setelah proses fermentasi selesai, Pekhos biasanya disajikan sebagai pelengkap ikan laut bakar atau goreng. Kombinasi ini bukan hanya menggugah selera, tetapi juga menggambarkan cara masyarakat pesisir memanfaatkan sumber daya alam sekitar mereka secara kreatif dan berkelanjutan.

“Pekhos bukan sekadar makanan, tapi warisan rasa dari leluhur kami,” ujar Bu Marsuna, salah satu warga Pekon Cukuh Balak yang masih rutin membuat Pekhos secara tradisional. “Dulu makanan ini dibuat untuk mengawetkan belimbing, tapi lama-lama justru jadi lauk andalan kami.”

Cita rasa unik Pekhos telah mulai menarik perhatian para pecinta kuliner lokal dan wisatawan yang berkunjung ke Tanggamus. Tak sedikit yang membandingkan sensasinya dengan asinan atau sambal asam, namun dengan sentuhan laut yang berbeda dan menyegarkan.

Di tengah arus modernisasi kuliner, Pekhos menjadi simbol penting dari upaya pelestarian tradisi makan lokal. Bagi pencinta petualangan rasa, mencicipi Pekhos bersama ikan bakar langsung di pinggir pantai Tanggamus bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan.